LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI TUMBUHAN
PENGUKURAN NILAI POTENSIAL AIR & OSMOSIS MELALUI SELAPUT TELUR bagian II

OSMOSIS MELALUI SELAPUT TELUR

Tujuan : Mempelajari osmosis yang terjadi melalui selaput membrane semipermeabel alami.

PENDAHULUAN
Osmosis sering diasalah pahami oleh mahasiswa. Sebagai sala satu contoh misalnya konsep yang menerangkan bahwa osmosis adalah peristiwa yang merupakan kebalikan dari peristiwa difusi. Kesalahan terjadi ketika memahami bahwa osmosis adalah pergerakan atau perpindahan molekul dari konsentrasi rendah ( hipotonis ) menuju larutan dengan konsentrasi tinggi ( hipertonis ) melalui membrane semipermeabel semata.pada pemahaman seperti initidak memperhatikan molekul mana yang bergerak ? jika diperhatikanbahwa yang mengalami pergerakan adalah molekul pelarut ( air ) maka tidak akan terjadi kesalahan dalam memahami konsep sederhana ini. Dengan demikian daik difusi maupun osmosis sama – sama bergerak, berpindah untuk meniadakan gradient konsentrasi sehingga pada ahir proses akan didapatkan kondisi larutan yang seimbang ( isotonis ). Dalam praktikum ini kita akan memanfaatkan membrane semipermeabel alami yang dimiliki oleh telur. Berikutnya cara untuk mengatahui peristiwa osmosis adalah
dengan  melakukan pengamatan pada telur,  pertama telur  di lubangi kedua ujung kutubnya,  kemudian sala satu ujung dilubangi hingga cangkang dan selaputnya pecah, sebaliknya ujung berlawanan dilubangi hingga selaputnya,  masukan sedotan pada ujung yang telah dilubangi cangkang dan selaputnya dan tetesi dengan lilin hingga tidak terdapat rongga untuk keluarnya udara. Selanjutnya rendam telur dalam beker gelas dengan air secukupnya dan amati perisiwa osmosis pada sedotan tersebut. Sebelumnya sedotan diberikan skala agar dapat menghitung osmosis yang terjadi ( cm/ menit ).




TINJAUAN PUSTAKA
Dwijoseputro (1985), menjelaskan bahwa pemasukan air dari dalam tanah ke dalam jaringan tanaman melalui sel-sel akar secara difusi dan osmosis. Dengan masuknya air  melalui sel akan tentulah akan terbawa ion-ion yang terdapat di dalam tanah karena larutan tanah mengandung ion.  Pertumbuhan juga bergantung pada pengambilan air, dan banyak hal dalam hubungan air tumbuhan bergantung pada interaksi antara sel dengan lingkungan. Tumbuhan memang merupakan sistem yang dinamis dan sangat rumit, fungsi yang satu berinteraksi dengan fungsi yang lain. Dengan kata lain, tumbuhan adalah sistem multidimensi.
 (Salisbury dan Ross, 1995). Perbedaan konsentrasi sangat umum terjadi pada sel hidup. Misalnya jika pada senyawa organik tertentu dalam sitosol masuk ke dalam sel dan dimetabolisme oleh mitokondria, maka konsentrasi sitosol yang berada di dekat mitokondria harus dipertahankan lebih rendah daripada konsentrasi sitosol yang berada di dekat organel lainnya. Hal ini penting diperhatikan terutama jika membicarakan difusi air. (Campbell, 1977).
Pentingnya air sebagai pelarut dalam organisme hidup tampak amat jelas, misalnya pada proses osmosis. Dalam suatu daun, volume sel dibatasi oleh dinding sel dan relative hanya sedikit aliran air yang dapat diakomodasikan oleh elastisitas dinding sel. Konsekuensi tekanan hidrostatis (tekanan turgor) berkembang dalam vakuola menekan sitoplasma melawan permukaan dalam dinding sel dan meningkatkan potensial air vakuola. Dengan naiknya tekanan turgor, sel-sel yang berdekatan saling menekan, dengan hasil bahwa sehelai daun yang mulanya dalam keadaan layu menjadi bertambah segar (turgid). Pada keadaan seimbang, tekanan turgor menjadi atau mempunyai nilai maksimum dan disini air tidak cenderung mengalir dari apoplast ke vakuola (Fitter dan Hay, 1981).
Dalam keadaan ini tanah dikatakan tidak jenuh. (Islami dan Utomo, 1995). Sel tumbuhan, prokariota, fungi, dan sejumlah protista memiliki dinding. Apabila sel seperti ini berada dalam larutan hipotonik ketika direndam dalam air hujan, misalnya dinding akan membantu mempertahankan keseimbangan air sel tersebut. Seperti sel hewan, sel tumbuhan ini membengkak ketika air masuk melalui osmosis. Akan tetapi, dindingnya yang lentur akan mengembang hanya sampai pada ukuran tertentu sebelum dinding ini mengerahkan tekanan balik pada sel yang melawan penyerapan air lebih lanjut. Pada saat ini sel tersebut membengkak (sangat kaku) yang merupakan keadaan yang sehat untuk sebagian besar sel tumbuhan. Tumbuhan yang tidak berkayu, seperti sebagian besar tumbuhan rumahan, tergantung pada dukungan mekanis dari sel yang dijaga untuk tetap bengkak oleh larutan hipotonik sekelilingnya. Jika sel tumbuhan dan sekelilingnya isotonik, tidak ada kecenderungan bagi air untuk masuk dan selnya menjadi lembek (lembut), yang menyebabkan tumbuhan menjadi layu. (Salisbury dan Ross, 1995).
Molekul-molekul air bersatu sebagai akibat adanya ikatan hidrogen. Pada saat itu berada dalam wujud cair, ikatan hidrogennya sangat rapuh, kekuatannya hanya sekitar seperduapuluh dari kekuatan ikatan kovalen. Ikatan-ikatan tersebut terbentuk, terpisah, dan terbentuk kembali dengan sangat cepat. Tiap ikatan hidrogen hanya mampu beberapa piko detik, tetapi molekul-molekulnya secara terus-menerus membentuk ikatan baru dengan pasangan penggantinya. Oleh karenanya, dalam waktu yang singkat, sejumlah tertentu dari seluruh molekul air akan berikatan dengan molekul tetangganya, membuat molekul air lebih teratur dibanding cairan lainnya. Secar keseluruhan, ikatan hidrogen menyatukan substansi tersebut, suatu fenomena yang disebut kohesi. (Campbell, dkk, 2002).
 potencial osmotik larutan luar lebih rendah dari potensial osmotik sel-sel akar, maka air dapat masuk dari larutan luar ke dalam sistem akar. Dengan meningkatnya konsentrasi zat-zat terlarut maka masuknya air ke dalam akar akan menjadi lebih lambat sampai arah pergerakan air mungkin akan tebalik. (Tim Fisiologi Tumbuhan, 2008).






Metode prektikum Praktikum II

A.Waktu dan tanggal

Hari / tanggal : kamis 16 Desember 2010
Waktu / jam    : pukul 14 : 00 – 18 : 00 wit
Tempat         : Laboratirum Botani Jurusan Biologi FMIPA Unpatti

B.Alat dan Bahan

a.Telur ayam
b.Sedotan
c.Lilin
d.Spidol
e.Beker gelas 100ml
f.Air
g.Penggaris
C.Cara kerja

1.Ambil sebutir telur, pukul – pukullah pelan – pelan pada bagian ujung telur yang tumpul sehingga cangkangnya retak. Jangan sampai selaput di dalamnya pecah.
2.Bersihkan bagian ujung telur yang tumpul dari cangkang yang sudah retak dengan cara mengambil retakan cangkang dengan hati – hati sehingga didapatkan ujung telur yang tanpa cangkang kurang lebih 3 cm  persegi.
3.Pada ujung telur yang satunya dibuat lubang untuk memasukan sedotan.
4.Masukan sedotan kedalam telur dengan hati – hati .
5.Nyalaka lilin dan arahkan tetesan lilin kebagian telur  tempatmasukan sedotan sehingga sedotan dan telur menjadi rapat ( tidak bocor ).
6.Isilah beker gelas 100ml dengan air ±  90 ml.
7.Ambilah potongan lidi ( 2-3 batang ) dan diletakan miring dari dasar beker gelas kemulut beker gelas yang berguna untuk menyangga telur supaya tidak tenggelam kedasar beker gelas.
8. Sebelum dimasukan bubuhkan skala pada sedotan dengan mengganakan titik 0 dari pangkal sedotan yang berhimpitan dengan ujung telur.
9.Masukan telur pada beker gelas yang sudah di isi air dengan pelan – pelan dan mulailah mencatat waktunya.
10.Amati pergerakan air pada sedotan dengan selang waktu 5 menit kurang lebih 30 menit atau secukupnya hingga anda mendapatkan data yang representative.


Hasil dan Pembahasan PRAKTIKUM II

a.analisis data

WP (menit)      PU (cm)
10 menit 1cm
15 menit 1cm
20 menit 1cm
25 menit 1cm
30 menit 1cm
Keterangan:

WP: Waktu pengamatan(menit)
PU:Pertambahan ukuran akibat tekanan osmosis pada sedotan(cm)
5 menit 1 cm



b.pembahasan


   dalam  praktikum ini dilakukan pengamatan tehadap proses osmosis alami pada telur ayam, proses osmosis ini merupakan transport pasif karena tanpa energy aktifitas. osmosis adalah pergerakan atau perpindahan molekul dari konsentrasi rendah ( hipotonis ) menuju larutan dengan konsentrasi tinggi ( hipertonis ) melalui membrane semipermeabel semata.
Dari hasil pengamatan kita dapat mengetahui dan menghitung  nilai laju osmosis yang terjadi pada telur ayam. 

Berdasarkan prosedur kerja yang telah dibuat, dimana telur ayam dilubangi pada kedua kutub telur. Kutub telur pertama dilubangi hingga menembus cangkang dan selaput telur sebaliknya pada kutub telur berlawanan di lubangi hingga cangkangnya saja , tujuan mengapa ? karena agar kita dapat melihat ketika telur diletakan ke dalam pelarut  (air ), kita dapat mengamati bagaimana molekul air yang memiliki konsentrasi rendah dapat berpindah ke cairan telur yang memiliki konsentrasi tinggi, serta dapat mengamati bagaimana molekul air menembus membrane sel telur ( selaput ) yang selektif permeabel.dalam hal ini air sebagai pelarut yang memiliki konsentrasi rendah ( hipotonis ) dan cairan di dakam telur merupakan pelarut yang memiliki konsentrasi tinggi ( hipertonis ). Kesetimbangan dinamis akan terjadi jika konsentrasi antara larutan air dan cairan telur sama dan terbentuk larutan yang isotonis. Perpindahan larutan juga terjadi akibat adanya perbedaan konsentrasi, (Salisbury dan Ross, 1995). Perbedaan konsentrasi sangat umum terjadi pada sel hidup. Misalnya jika pada senyawa organik tertentu dalam sitosol masuk ke dalam sel dan dimetabolisme oleh mitokondria, maka konsentrasi sitosol yang berada di dekat mitokondria harus dipertahankan lebih rendah daripada konsentrasi sitosol yang berada di dekat organel lainnya. Hal ini penting diperhatikan terutama jika membicarakan difusi air. (Campbell, 1977).

dari hasil pengamatan  yang dilakukan  pada sedotan yang telah diberikan skala dalam selang waktu 5 menit hingga 30 menit diperoleh peningkatan tekanan pada sedotan yang diakibatkan oleh tekanan osmotic ,peningkatan tekanan yang dibaca pada skala sedotan yaitu 1 cm per 5 menit, dan hal itu berulang hingga 30 menit berikutnya.

KESIMPULAN
#air yang merupakan pelarut yang meiliki konsentrasi rendah ( hipotonik ) akan berpindah ke cairan telur yang memiliki konsentrasi tinggi ( hipertonik ) melewati selaput membrane telur yang selektif permeable dengan melawan gradient konsentrasi melalui proses smoregulasi.

# Terjadi perbedaan kekentalan ( viskositas ) antara cairan telur dan air sebagi pelarut sehingga memacu perpindahan larutan yang dibatasi oleh membrane dari larutan yang hipotonik ke larutan yang hipertonik.

# Terjadi transport pasif  dalam membrane, yang terjadi tanpa energy aktifitas, dan juga perbedaan  potensial osmotic,potensial osmotic  air yang lebih besar dibandingkan dengan potensial osmotic cairan telur.


DAFTAR PUSTAKA

# Penuntun praktikum fisiologi tumbuhan oleh J. Pagaya M. Si
# Jurnal penelitian Filter, W,G.1989 . FISIOLOGI TUMBUHAN.Gajah mada Universitas press. Yogyakarta
# Salisbury, F.b dan Ross, C.W.1995.FISIOLOGI TUMBUHAN jijlid 1 edisi IV alihan luqman, RR dan Sumaryono. Penerbit ITB. bandung

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

KOMEnT DenK FB :